Sabtu, 01 Maret 2014

Hangatnya Genggamanmu

"Karena Aku sayang Kamu," terdengar pelan karena kalah oleh suara malam dan jalan, namun cukup jelas.
       Dia tak menatap mataku, dia justru membelakangiku karena aku dalam boncengan motornya. Namun, dia pegang erat jemari tanganku di dalam saku jaketnya. Aku memang sengaja memasukkan jemari tangan kiriku ke dalam saku jaketnya berusaha mencari kehangatan meski malam tak begitu dingin. Aku sama sekali tidak menyangka, ia akan memasukkan jemari tangannya ke dalam saku jaket dan menghandle motor hanya dengan satu tangan kanannya. Dia menggenggam telapak tanganku, memberikan kehangatan yang lebih. Di dalam saku jaketnya, kami berpegangan tangan. Sepanjang perjalanan pulang, selama jalan raya itu masih bisa ditaklukkan dengan satu tangan, ia terus menggenggamku. Selama itu pula aku merasa begitu senang, begitu disayangi, begitu dilindungi. Dia mulai mampu membuatku berdegup tak beraturan. Tak ingin pula kulepaskan genggaman tangannya. 
       Aku tak begitu ingat apa yang kami bicarakan selama berada di atas motornya, hingga sampai akhirnya ia mengatakan hal itu. Sebagai wanita aku tak bisa bohong kalau kalimat itu sungguh menyanjungku. Ia memintaku untuk memberitahunya ketika aku butuh bantuan, karena memang, selama ini, yang bisa kulakukan sendiri akan ku lakukan sendiri, aku tak ingin merepotkan orang lain, sesulit apapun itu. Dia sepertinya ingin sekali direpotkan olehku. Dia ingin menunjukkan sayangnya padaku, termasuk dengan membuaiku kalimat manis seperti ini dan terus menggenggam tanganku erat. 
      Jujur, aku senang. Hanya itu yang bisa aku ungkapkan. Aku sudah sangat tahu kalau dia sangat sayang aku, dia tidak akan meninggalkan aku, yang pasti tak akan berani menyakitiku. Rasa sayangnya menumbuhkan rasa sayangku terhadapnya pula. Kini aku mulai acuh dengan pikiran-pikiran tentang hubunganku dengannya yang tak lazim, anggapan-anggapan orang lain yang menekan batinku. Aku mulai tak peduli. Seandainya kau tau, semalaman aku tak bisa tertidur pulas karena selalu teringat kalimatmu, dan teringat betapa erat kau memegang tanganku. Aku merasa masih terus merasakannya. Aku juga sayang kamu. Itu juga yang ingin kusampaikan namun terlalu gengsi untuk terucap. 
       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar