Minggu, 12 Januari 2014

Aku cinta kalian, aku mohon jangan pergi, tetaplah temani kami, terutama temani aku. Saudara-saudaraku, Setia Hati Terate.

Jumat, 03 Januari 2014

Akankah Selamanya?

     Ini pertama kalinya, pertama kalinya aku merasakan tahun baru yang berbeda. Mungkin akan terdengar biasa saja untuk yang lain tapi bagiku ini memori yang tak akan pernah kuhapus. Malam tahun baru yang sederhana tanpa kembang api, tanpa terompet, tanpa riuh sorak sorai. Hanya kami,keluarga baruku yang tertawa bersamaku.
    Keluarga baruku, keluarga pencak silat, Setia Hati Terate di malam tahun baru berkumpul di halaman PKMU Unnes, menggelar tikar yang tak begitu lebar, cukup untuk 15 orang membentuk lingkaran saling berdekatan. Kami merayakan tahun baru hanya dengan makan bersama. Di luar expectasiku, makan bersama ini bukan hanya berkumpul bersama menikmati makanan yang tersedia di piring masing-masing, sama sekali bukan. Kau tahu, ternyata tak ada piring, tak ada sendok, yang ada hanyalah helaian panjang daun pisang yang ditumpuk-tumpuk, tak ada bayangan untuk apa daun-daun ini. Dan aku sangat terkejut ketika nasi dituangkan di daun pisang ini, diratakan hingga semua dapat menggapai nasinya. Kemudian dilanjut dengan taburan tempe goreng, lalu ditabur dengan kol yang sudang dipotong kecil-kecil, selanjutnya disebarlagi oseng kacang diatasnya dan terakhir ditaruh ayam-ayam bakar diatasnya. Jika dibayangkan, sudah seperti gundukan tanah yang penuh sayuran, dada, paha, sayap dan bagian-bagian tubuh ayam lain yang gosong terbakar api. 
     Aku hanya bisa tertawa geli melihat ini, tidak karena jijik, tapi karena celoteh-celoteh, respon, wajah-wajah lapar saat itu. Mereka terus membuatku tertawa, dengan segala guyonan tentang kesederhanaan ini. Tentang antusiasme mereka menge-"plot" ayam-ayam yang bertaburan, tentang marimas yang selalu diucapkan oleh Mas Visi namun tak kunjung dibuatkan, tentang olok-olokanku dengan Mas Rio. Malam itu, kami hanya beratapkan langit malam, yang untung saja tak sedang mendung, dengan cahaya lampu seadanya dan speaker besar yang justru memainkan lagu galau yang sama sekali tidak cocok dengan tema tahn baru. Kau tahu apa yang lebih menggelikan, ketika sudah memperebutkan ayam, kekecewaan menyeruak dari wajah-wajah mereka, Ayamnya alot sekali. Sulit untuk digigit, untuk mendapatkan dagingnya kau butuh tenaga ekstrak. Lagi-lagi, celoteh muncul. "Wah keturutan iki mangan ayam dinosaurus, masyaAllah alot te poll" ucap mas Visi masih dengan memandangi bagian mana yang akan dicoba digigit lagi. "Ayam'e marai penasaran", "Bakale, kucing wae ora doyan karo ayam iki", dan masih banyak celoteh lain yang justru tak bisa membuatku makan karena sibuk tertawa.

         Ini tahun baru yang spesial, bersama orang-orang yang menghargaiku, orang-orang yang mau tertawa bersamaku, aku bahagia, aku ingin seperti ini terus, aku ingin selalu bersama mereka. Aku harap selamanya, kalian menjadi tempat pelarianku ketika aku gagal menghadapi sisi suram hidupku. Aku mohon jangan pergi, tetaplah seperti ini.

Teruntuk untuk sedikit anggota keluarga baruku yang tertawa bersamaku malam itu. Terima Kasih. 
Mas Rio, mas Adit, mas Visi, mas Juan, Mas Ali, Mas Khurni, Anang, Gilang, Yusi, mba Ana, mba Astrid, mba Filla, Ocha, Alfin , dan saya.