Dia, seseorang
yang tak akan pernah bisa hilang dalam ingatanku. Dia, orang yang bermakna
dalam hidupku. Dia, bukan keluargaku namun bagian dari diriku. Aku
menyayanginya seperti dia apa adanya terhadapku.
Aku bersyukur
ketika aku digariskan untuk bertemu dengannya. Karena melalui dialah aku
mengenal ‘orang, yang terasa begitu asing bagiku. Laki-laki, makhluk Tuhan yang
satu ini tak pernah bisa aku mengerti. Aku hanya mengenal mereka dengam
melihat, tak pernah bisa sanggup untuk menyentuh, apalagi merasakan. Mereka
seperti sosok yang asing, bahkan Ayahku sendiri, aku dan Ia seperti dipisahkan
sikap ke-aku-an yang begitu tinggi. Lucu memang, karena sebenarnya aku dan ia
adalah anak dan ayah, sifatku mirip dengannya, kami berdua sama sama keras
kepala. Itulah yang membuatku sering tak sepaham, dan justru rasa benci yang
timbul. Seringkali aku merendahkan laki-laki karena Ayahku, mengganggap mereka
semua sama-sama brengsek, hilang rasaku terhadap mereka. Aku dan laki-laki tak
pernah bertemu.
Dia yang
mengubah pemikiranku tentang kaum Adam. Dia yang mengenalkan aku tentang mereka.
Berada diantara mereka, menjadi satu dengan tingkah mereka. Mereka adalah mereka
dengan segala karakteristiknya yang sebenarnya tak jauh berbeda dengan wanita,
namun yang menjadi perbedaan yang mencolok antara mereka dan wanita yakni jiwa
pemimpin. Aku belajar bahwa tiap laki-laki harus mampu mengambil alih dan memimpin,
karena wanitanya berlindung padanya. Mungkin masih ada laki-laki yang terlihat
belum bisa memimpin, aku tak tahu kenapa, mungkin karena sifatnya yang terlalu
mengalah, dia terlalu pendiam atau dia masih belum menemukan solusi sehingga
tak mampu menempatkan posisi di tempat pemimpin, namun suatu saat ia pasti dan
harus menjadi pemimpin, tegas namun tak menyakiti. Bagiku, hal terpenting dari
seorang laki-laki adalah ketika ia berbicara ia didengarkan, artinya ia telah
memiliki wibawa. Mereka, kalian, kaum Adam, adalah makhluk yang jelas kuat dan hebat
pada porsinya.
Dia, laki-laki
yang mengubahku, yang membuka kembali sisi mataku yang gelap dan pekat tentang
mereka. Aku merasa terlindungi diantara mereka, terutama dia. Dia yang mencoba
menjagaku dengan caranya. Tidak dengan cara memanjakanku, tidak dengan
kata-kata yang lembut, tidak dengan sikap yang protecting, namun dengan sikap
yang tegas, menasihatiku dengan sindiran yang justru membuat semua yang
mendengarkan tertawa, disampaikan dengan tidak serius namun sebenarnya penuh makna
ketika mampu manangkapnya, ia ingin menjadikanku berpikir sendiri tentang apa
yang baik bagiku. Ia menjadikanku kuat tidak dengan hal-hal yang kasar, namun
lebih kuat dalam bersikap.
Aku bukan lagi
aku yang dulu, aku yang manja, aku yang takut dengan keramaian, aku yang takut
tersakiti, aku yang terkekang oleh rasa takutku sendiri, kini aku menjadi
diriku yang berusaha mencapai segalanya, aku hanya merasa bebas mencoba segala
hal yang dulu selalu ingin ku coba. Hal-hal baru selalu kutemui ketika
bersamanya, dan iya, Aku Bahagia.
Dia tak pernah
berkata-kata secara jelas bahwa dia menjagaku. Aku harus menafsirkan sendiri
setiap perkataanya. Ia bisa secara tegas membentakku, namun tak pernah ada rasa
marah apalgi dendam, justru membuatku berpikir kembali apa yang salah. Dia
ingin menjagaku, ia ingin mengawasiku, ia tak ingin aku jauh dari pandangannya
karena itu ia tak pernah membiarkan aku berhubungan dengan orang yang tidak
dikenalnya dengan baik. Ia tak mengatakannya secara langsung, namun hanya
dengan menjadikan semuanya dengan lelucon. Namun aku mengerti setiap
leluconnya, ketika tidak boleh, maka jangan lakukan.
Dia, kakakku
yang kutemui disini. Dia kakak laki-lakiku yang aku idamkan, pelindungku yang
mangajariku kuat, yang menyayangiku sepenuh hati, yang menjagaku ketika aku
jauh dari keluargaku yang sebenarnya yang jauh disana. Dialah kakakku yang
memegang tanganku erat, yang melindungiku, yang mngajarkanku mana laki-laki
baik dan tidak, yang mengajakku melihat keluar dari yang biasa. Dia bukan
laki-laki sempurna, ia juga memiliki sisi negatif yang tak pernah ia
tutup-tutupi. Ia perlihatkan dan mengaharapkan aku tuk menjaga diri dari apa
yang negatif karena ia tunjukkan akibatnya. Dan ya, aku sangat menyayanginya,
kakakku.
Karena dia aku
menemukan keluarga baru, dan karena dia, aku menemukan banyak laki-laki baik
dalam hidupku. Keluarga yang terbentuk oleh kebersamaan, sakit, tawa, marah,
dan sedih membuat kami saling merindukan ketika tak bersama. Rela meninggalkan
segalanya demi menjaga satu dengan yang lainnya. Dan aku seperti dikelilingi oleh
banyak pelindung yang banyak, yang seakan berkata, berjalanlah, aku melindungi
dan menuntunmu di depan, berjalanlah dan jangan takut aku selalu dibelakangmu.
Inilah
keluargaku. Laki-lakiku.
Keluarga PSHT Komisariat UNNES |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar