Saat memutuskan memendam perasaan. Dengan sadar diri ini sudah memutuskan menerima risiko dari semua itu. Kalau tidak nyesek, ya, nyesek banget. Namun terlepas dari perasaan itu. Setiap perasaan sesungguhnya bisa dinikmati. Perasaan apa saja. Apakah itu patah hati, jatuh cinta, jatuh cinta diam-diam, juga saat kau memilih memendam perasaan. Kau selalu bisa menikmatinya. Meski terkadang lebih banyak perasaan bimbangnya.
Perasaan
yang tumbuh di dada manusia adalah anugerah. Hal yang sama sekali tidak bisa
dibuat-buat. Tidak perlu menyesali apa pun yang terjadi. Jika pun memilih
memendam perasaan. Namun hal yang harus diingat adalah perasaan yang
dipendam seringkali meminta untuk dikeluarkan. Dan diri ini harus paham bahwa
tidak seharusnya menyalahkan perasaan yang ada di dada, ketika ia berontak untk
keluar. Yang perlu dilakukan yakni menenangkannya berkali-kali. Buat ia kembali
damai, menikmati segala kemisterian rasa.
Memendam
perasaan sama saja seperti mengajak diri ini berperang. Sayangnya tidak akan
ada yang menang dan kalah di antara keduanya. Jika perasaan yang di pendam bisa
kau redam maka semua akan baik-baik saja dan tentu saja diri ini akan tetap
sendiri. Jika perasaan yang terpendam mengalahkan, semua akan menjadi tidak
karuan. Merasa tidak seimbang. Dan yang lebih parah lagi, diri ini akan benar-benar
bangun dan tersadar : diri ini masih sendiri. Memendam perasaan bukanlah
kesalahan namun memendam perasaan seringkali menimbulkan penyesalan.
Sesal,
cemburu, sakit, dan marah adalah sedikit deskripsi rasa yang akan terkecap
ketika diri ini memendam perasaan. Bukan hal yang mudah ketika semua rasa
berkecamuk. Rasanya kau ingin menyerah saja namun masih tak mampu melepaskan. Dan
serasa telah remuk, ketika ia berubah lekuk terhadapmu dan beralih tersenyum
pada yang lain. Serak teriak hanya bisa kau telan kembali, dibanding berkata
“Hey, aku masih disini. Lihat aku.” Namun hanya helaan nafas panjang yang akhirnya
menang.
Dia, pernah
menjadi bagian puncak dalam asmaraku. Ketika aku sudah jatuh hati dengannya,
dan ditambah segala perhatian yang dia berikan, aku selalu berdebar. Sayangnya,
aku adalah wanita yang menunggu, yang tak mungkin bisa berucap bahwa aku
menyukainya. Konvensional memang pemikiranku tentang cinta. Aku mengikuti alur
tradisi kepercayaaan bahwa yang menyatakan haruslah sang pujangga. Dan inilah
ujungnya, aku masih disini, sendiri.
Bukan
masalah ketika aku harus menunggu saja, atau sekedar menikmati saja segala
perhatianmu meski semuanya ambigu. Karena begini pun aku bahagia. Namun waktu
tak pernah berhenti perubahan tak bisa dielakkan. Dan tak sanggup aku terima
ketika dirimu berubah dan perhatian itu kini telah terkikis. Entah karena apa,
semua masih abstrak. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba semua berubah. Kau kini
tak lagi melihatku, bahkan kau menekuk wajah ketika berbicara denganku. Kau tau
aku sakit saat melihat matamu, aku seperti ditusuk. Aku menyesal dengan apa
yang entah telah kuperbuat hingga kau berbalik tak memperdulikanku. Kebungkaman
tercipta jelas diantara kita.
Kini dia,
wanita itu yang kau jaga. Dihadapanku kau tersenyum kearahnya. Kau bahagia
ketika dia ada, kau selalu berada di sampingnya, kau menjawab semua tawanya.
Dan semua itu dihadapanku. Pengalihan atau pergi, pilihan penyelesaianku ketika
tak tahan meredam perasaanku terhadapmu. Wanita itu tak sendiri, dia telah
memiliki penjaganya, dan kini kau pun ikut menjaganya dalam pendam rasamu juga.
Betapa beruntungnya dia, wanita itu. Wanita itu yang lembutnya telah memikat
dirimu, yang mungunci senyummu untukknya. Aku sungguh cemburu, karena hingga
saat ini jantungku masih berdegup kencang ketika jarak kita dekat. Degup itu
tak lagi merekahkan aku, namun kini berbalik berduri dalam diriku sendiri.
Kau memendam
rasa untukknya dan aku memendam rasa untukku. Hal yang menggelikan ketika kita hanya
berputar-putar disini, tanpa ujung. Jatuh cinta tak pernah serumit mengatakannya.
Setidaknya aku telah menuliskan rasaku, dan entah siapa yang tahu, yang jelas
bukan dirimu.
Aku telah memilih dan masih memilih
mencintaimu dalam diam.
Update ceritanya lagi donk... :D. sangat mengispiirasi, smoga masih berkenang,,, #TetapMenunggu
BalasHapusHahaa.. Lupa password emailnya dan
Hapus